Galaksi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Galaksi adalah sebuah sistem masif yang terikat gaya 
gravitasi yang terdiri atas 
bintang (dengan segala bentuk manifestasinya, antara lain 
bintang neutron dan 
lubang hitam), 
gas dan 
debu medium antarbintang, dan 
materi gelap–komponen yang penting namun belum begitu dimengerti.
[1][2] Kata galaksi berasal dari bahasa 
Yunani galaxias (γαλαξίας), yang berarti "seperti susu," yang merujuk pada galaksi 
Bima Sakti (
bahasa Inggris: 
Milky Way [jalan susu]). Galaksi yang ada berkisar dari 
galaksi katai dengan hanya sepuluh juta (10
7) bintang
[3] hingga galaksi raksasa dengan seratus triliun (10
14) bintang,
[4] yang semuanya mengorbit pada 
pusat massa galaksi masing-masing. 
Matahari adalah salah satu bintang dalam galaksi 
Bima Sakti; 
tata surya termasuk bumi dan semua benda yang mengorbit Matahari.
Tiap galaksi memiliki jumlah 
sistem bintang dan 
gugus bintang yang beragam, demikian juga jenis 
awan antarbintangnya. Di antara galaksi-galaksi ini tersebar 
medium antarbintang berupa gas, debu, dan 
sinar kosmis. 
Lubang hitam supermasif terdapat di pusat sebagian besar galaksi. Diperkirakan lubang hitam supermasif inilah penyebab utama 
inti galaksi aktif yang ditemukan pada sebagian galaksi. Galaksi Bima Sakti diketahui memiliki setidaknya satu lubang hitam supermasif.
[5]
Secara historis galaksi dikelompokkan berdasarkan bentuk terlihatnya 
atau biasa disebut morfologi visualnya. Bentuk yang umum adalah 
galaksi eliptis,
[6] yang memiliki profil cahaya berbentuk elips. 
Galaksi spiral
 adalah galaksi berbentuk cakram dengan lengan galaksi yang melengkunng 
dan berisi debu. Galaksi dengan bentuk yang tak beraturan atau tidak 
biasa disebut 
galaksi tak beraturan
 dan biasanya disebabkan karena gangguan oleh tarikan gravitasi galaksi 
tetangga. Interaksi yang demikian antara galaksi-galaksi yang berdekatan
 dapat menyebabkan penggabungan, yang terkadang meningkatkan jumlah 
pembentukan bintang hingga menghasilkan 
galaksi starburst.
[7]
Kemungkinan terdapat lebih dari 170 miliar (
1,7 × 1011) galaksi dalam 
alam semesta teramati.
[8] Sebagian besar berdiameter 1000 hingga 100.000 
parsec[9] dan biasanya dipisahkan oleh jarak beberapa juta parsec (atau megaparsec).
[10] Ruang antargalaksi diisi oleh gas tipis dengan kerapatan massa kurang dari satu 
atom per 
meter kubik. Sebagian besar galaksi diorganisasikan ke dalam sebuah hirarki himpunan yang disebut 
kelompok dan gugus, yang pada gilirannya membentuk himpunan yang lebih besar yang disebut 
gugus raksasa. Dalam 
skala terbesar himpunan-himpunan ini umumnya tersusun dalam 
lapisan dan untaian yang dikelilingi oleh kehampaan yang sangat luas.
[11]
Meskipun belum dipahami secara menyeluruh, 
materi gelap kemungkinan menyusun sekitar 90% dari 
massa sebagian besar galaksi.
[butuh rujukan] Data pengamatan menunjukkan 
lubang hitam supermasif kemungkinan ada di pusat dari banyak (kalau tidak semua) galaksi.
Etimologi
Kata 
galaksi berasal dari istilah 
bahasa Yunani untuk menyebut 
galaksi kita, 
galaxias (γαλαξίας) atau 
kyklos galaktikos (κύκλος γαλακτικός). Masing-masing berarti "sesuatu yang menyerupai susu" dan "lingkaran susu",
[12] sesuai dengan penampakannya di angkasa berupa pita putih samar. Dalam 
mitologi Yunani, 
Zeus menempatkan anak laki-lakinya yang dilahirkan oleh manusia biasa, bayi 
Heracles, pada payudara 
Hera
 ketika Hera sedang tidur sehingga bayi tersebut meminum susunya dan 
karena itu menjadi manusia abadi. Hera terbangun ketika sedang menyusui 
dan kemudian menyadari ia sedang menyusui bayi yang tak dikenalnya: ia 
mendorong bayi tersebut dan air susunya menyembur mewarnai langit malam,
 menghasilkan pita cahaya tipis yang dikenal dalam bahasa Inggris 
sebagai 
Milky Way (jalan susu).
[13][14]
Ketika 
William Herschel menyusun "katalog 
nebula" miliknya pada tahun 1786, dia menggunakan istilah "
nebula spiral" untuk objek-objek tertentu seperti objek 
M31.
 Di kemudian waktu akan disadari bahwa objek tersebut sebenarnya 
merupakan kumpulan dari banyak bintang, dan dipakailah istilah "
island universe" ("alam semesta pulau") untuk merujuk pada objek yang demikian. Namun, kemudian disadari bahwa kata "
universe"
 (alam semesta) berarti keseluruhan jagad raya, sehingga istilah ini 
tidak dipakai lagi dan objek yang demikian kemudian dikenal sebagai 
galaksi.
[15]
Sejarah pengamatan
Pengetahuan bahwa kita hidup di dalam sebuah galaksi dan bahwa 
terdapat banyak galaksi lainnya, diperoleh seiring dengan 
penemuan-penemuan kita tentang Bima Sakti dan 
nebula-nebula lainnya di langit malam.
Bima Sakti
Filsuf Yunani Democritus
 (450–370 SM) mengemukakan bahwa pita kabut putih di langit malam hari 
yang dikenal sebagai Bima Sakti kemungkinan terdiri dari bintang-bintang
 yang sangat jauh jaraknya.
[16] Namun 
Aristoteles
 (384–322 SM), memercayai bahwa pita tersebut disebabkan oleh "kobaran 
hembusan napas yang menyala-nyala dari banyak bintang besar yang 
berjarak dekat satu sama lain" dan bahwa "kobaran ini terjadi di bagian 
atas atmosfer, yaitu di wilayah 
dunia yang selalu diisi dengan gerakan surgawi."
[17] Filsuf 
neoplatonis Olympiodorus Junior (± 495–570) kritis terhadap pandangan ini secara ilmiah, beralasan bahwa jika memang benar Bima Sakti berada di wilayah 
sublunar
 (terletak antara bumi dan bulan), maka harusnya ia terlihat berbeda 
pada waktu dan tempat yang berbeda di bumi, dan ia seharusnya memiliki 
paralaks,
 yang ternyata tidak. Dalam pandangannya, Bima Sakti terletak jauh di 
angkasa. Pendapat ini akan sangat berpengaruh nantinya di dalam 
dunia Islam.
[18]
Menurut Mohani Muhammad, 
astronom Arab Ibnu Haitham (965–1037) adalah orang yang melakukan usaha-usaha pertama dalam mengamati dan mengukur paralaks Bima Sakti,
[19]
 dan ia menjadi "berkeyakinan kuat bahwa karena Bima Sakti tidak 
memiliki paralaks, pastilah jaraknya sangat jauh dari bumi dan bukannya 
berada dalam atmosfer."
[20] Astronom 
Persia Al-Biruni
 (973–1048) mengemukakan bahwa Bima Sakti merupakan "kumpulan yang tak 
terhitung jumlahnya dari bagian-bagian yang bersifat seperti bintang 
nebula."
[21][22] Astronom 
Andalusia Ibnu Bajjah (dikenal di barat dengan nama latin "
Avempace",
 meninggal 1138) mengemukakan bahwa Bima Sakti dibentuk oleh banyak 
bintang yang saling hampir bersentuhan satu dengan yang lain sehingga 
tampak menjadi seperti gambar sinambung akibat pengaruh 
pembiasan dari material 
sublunar,
[17][23] mengutip hasil pengamatannya terhadap 
konjungsi antara Jupiter dan Mars sebagai bukti bahwa hal tersebut dapat terjadi jika dua objek saling berdekatan.
[17] Pada abad ke-14, ilmuwan kelahiran Suriah 
Ibnu Qayyim,
 mengemukakan bahwa Bima Sakti merupakan "bintang-bintang kecil yang tak
 terhitung jumlahnya saling berdesakan dalam alam bintang-bintang 
tetap".
[24]
Bukti nyata bahwa Bima Sakti terdiri atas banyak bintang, datang pada tahun 1610 ketika astronom Italia 
Galileo Galilei menggunakan sebuah 
teleskop
 untuk mempelajari Bima Sakti dan menemukan bahwa Bima Sakti tersusun 
atas bintang-bintang redup dalam jumlah yang luar biasa banyaknya.
[25] Pada tahun 1750 astronom Inggris 
Thomas Wright, dalam bukunya 
An original theory or new hypothesis of the Universe
 (Teori asli atau hipotesis baru tentang Alam Semesta), berspekulasi 
(namun benar) bahwa Bima Sakti kemungkinan adalah sebuah badan berputar 
dari bintang-bintang dalam jumlah besar yang diikat oleh 
gaya gravitasi,
 serupa dengan tata surya namun dalam skala yang jauh lebih besar. 
Piringan bintang yang dihasilkan dapat terlihat sebagai pita di langit 
dari sudut pandang kita dalam piringan tersebut.
[26] Dalam risalah pada tahun 1755, 
Immanuel Kant mengembangkan ide Wright tentang struktur Bima Sakti.
 
Bentuk Bima Sakti yang disimpulkan dari hitungan bintang oleh William 
Herscel pada tahun 1785; tata surya dianggap berada di dekat pusat 
galaksi.
 
 
Usaha pertama untuk menggambarkan bentuk Bima Sakti dan letak 
matahari di dalamnya dilakukan oleh 
William Herschel
 pada tahun 1785 dengan cara menghitung secara hati-hati jumlah bintang 
yang ada di berbagai wilayah langit yang beda. Dia menghasilkan sebuah 
diagram bentuk Bima Sakti dengan tata surya terletak dekat dengan 
pusatnya.
[27] Menggunakan pendekatan yang lebih baik, 
Jacobus Kapteyn
 pada tahun 1920 sampai pada kesimpulan berupa sebuah gambar galaksi 
elipsoid kecil (dengan garis tengah kira-kira 15 kiloparsec) dengan 
matahari terletak dekat dengan pusat galaksi. Metode yang berbeda oleh 
Harlow Shapley berdasarkan pengatalogan 
gugus bola
 menghasilkan gambar yang sangat jauh berbeda: sebuah piringan pipih 
dengan garis tengah kira-kira 70 kiloparsec dan matahari terletak jauh 
dari pusat galaksi.
[26] Kedua analisis tersebut gagal memperhitungkan 
penyerapan cahaya oleh 
debu antarbintang yang ada di 
bidang galaksi, namun setelah 
Robert Julius Trumpler menghitung efek ini pada tahun 1930 dengan mempelajari 
gugus terbuka, gambaran terkini galaksi tuan rumah kita, Bima Sakti, terlahir.
[28]
Pembedaan dari nebula lainnya
Pada abad ke-10, astronom Persia 
As-Sufi membuat pengamatan yang tercatat paling awal terhadap 
galaksi Andromeda, menggambarkannya sebagai "awan kecil".
[29] As-Sufi yang menerbitkan temuannya dalam 
Kitab Bintang-Bintang Tetap pada tahun 964, juga mengenali 
Awan Magellan Besar yang dapat dilihat dari 
Yaman, walau bukan dari 
Isfahan; dan galaksi ini tidak akan dilihat oleh orang Eropa hingga perjalanan 
Magellan pada abad ke-16.
[30][31] Galaksi Andromeda ditemukan kembali secara terpisah oleh 
Simon Marius pada tahun 1612.
[29]
 Hanya kedua galaksi inilah galaksi di luar Bima Sakti yang mudah 
dilihat dengan mata telanjang, menjadikan keduanya sebagai 
galaksi-galaksi pertama yang diamati dari bumi. Pada tahun 1750 
Thomas Wright dalam bukunya 
An original theory or new hypothesis of the Universe
 (Teori asli atau hipotesis baru tentang Alam Semesta), berspekulasi 
(namun benar) bahwa Bima Sakti adalah sebuah badan berputar dari 
bintang-bintang, dan bahwa beberapa nebula yang tampak di malam hari 
bisa jadi merupakan Bima Sakti yang lain.
[26][32]
Menuju akhir abad ke-18, 
Charles Messier menghimpun sebuah 
katalog
 yang berisi 109 nebula (objek angkasa dengan tampilan berkabut) yang 
paling terang, yang kemudian diikuti dengan sebuah katalog yang lebih 
besar yang berisi 5.000 nebula disusun oleh William Herschel.
[26] Pada tahun 1845, 
Lord Rosse
 membangun sebuah teleskop baru yang mampu membedakan nebula elips dan 
spiral. Dia juga berhasil membedakan titik-titik sumber cahaya tunggal 
di beberapa nebula ini.
[33]
Pada tahun 1912 
Vesto Slipher
 membuat penelitian dengan spektrografi terhadap nebula-nebula spiral 
paling terang untuk menentukan apakah mereka terbuat dari bahan-bahan 
kimia yang diharapkan ada dalam sebuah sistem planet. Namun Slipher 
menemukan bahwa nebula spiral memiliki geseran merah yang tinggi, 
menunjukkan bahwa mereka sedang bergerak menjauh dengan kecepatan yang 
lebih tinggi dari 
kecepatan lepas
 Bima Sakti. Karena itu disimpulkan bahwa galaksi-galaksi tersebut tidak
 terikat secara gravitasi pada Bima Sakti dan kecil kemungkinannya 
merupakan bagian dari Bima Sakti.
[34][35]
Pada tahun 1917, 
Heber Curtis mengamati bahwa terdapat sebuah bintang baru, 
S Andromedae, dalam "Nebula 
Andromeda Besar" (sebagaimana Galaksi Andromeda, 
Objek Messier M31
 dikenal saat itu). Dengan mencari rekaman foto, dia menemukan 11 
bintang baru lainnya. Curtis memperhatikan bahwa bintang-bintang baru 
ini rata-rata 10 
magnitudo
 lebih redup dibandingkan dengan bintang-bintang baru yang muncul di 
galaksi kita. Sebagai hasilnya dia dapat menghitung perkiraan jaraknya 
adalah 150,000 
parsec. Dia menjadi pendukung hipotesis yang disebut "
island universes" yang beranggapan bahwa nebula spiral sebenarnya adalah galaksi tersendiri.
[36]
 
Foto "Nebula Andromeda Besar" dari tahun 1899, yang kemudian dikenal sebagai 
Galaksi Andromeda 
 
Pada tahun 1920, apa yang disebut 
"Debat Besar" terjadi antara 
Harlow Shapley and 
Heber Curtis
 mengenai sifat Bima Sakti, nebula spiral dan dimensi alam semesta. 
Untuk mendukung klaimnya yang menyatakan Nebula Andromeda Besar 
merupakan sebuah galaksi luar, Curtis menunjukkan bukti berupa munculnya
 jalur-jalur gelap menyerupai awan debu yang terdapat pada Bima Sakti 
dan juga 
pergeseran Doppler yang cukup besar.
[37]
Permasalahan tersebut terselesaikan dengan pasti pada tahun 1922 ketika astronom 
Estonia Ernst Öpik
 memberikan penentuan jarak yang mendukung teori bahwa Nebula Andromeda 
adalah benar merupakan sebuah objek luar galaksi yang jauh.
[38] Dengan menggunakan teleskop 100 inci baru milik 
Observatorium Gunung Wilson, 
Edwin Hubble
 berhasil menentukan bahwa bagian luar sebagian nebula spiral merupakan 
kumpulan dari bintang-bintang tunggal dan mengidentifikasi beberapa 
Bintang variabel Chepeid,
 yang memungkinkannya memperkirakan jarak nebula-nebula tersebut: mereka
 terlalu sangat jauh untuk dapat menjadi bagian dari Bima Sakti.
[39] Pada tahun 1936 Hubble menciptakan sebuah sistem klasifikasi untuk galaksi yang masih dipergunakan hingga saat ini yakni 
urutan Hubble.
[40]
Penelitian modern
 
Kurva rotasi
 galaksi spiral biasa: perkirakan berdasarkan materi terlihat (A) dan 
kecepatan teramati (B). Sumbu vertikal mewakili kecepatan rotasi dan 
sumbu horizontal mewakili jarak objek dari pusat galaksi.
 
 
 
Pada tahun 1944, 
Hendrik van de Hulst memperkirakan akan adanya radiasi 
gelombang mikro dengan 
panjang gelombang 21 cm yang berasal dari gas antarbintang yang berisi atom hidrogen;
[41]
 radiasi ini diamati pada tahun 1951. Radiasi ini memungkinkan 
penelitian yang jauh lebih baik terhadap galaksi Bima Sakti, karena 
radiasi tersebut tidak terpengaruh penyerapan oleh debu antarbintang, 
dan pergeseran Doppler-nya dapat digunakan untuk memetakan pergerakan 
gas tersebut di dalam galaksi. Pengamatan ini mendorong terciptanya 
postulat tentang 
struktur batang yang berputar pada pusat galaksi.
[42] Dengan 
teleskop radio yang ditingkatkan, gas hidrogen dapat juga dilacak pada galaksi-galaksi lain.
Pada tahun 1970, berdasarkan penelitian 
Vera Rubin terhadap 
kecepatan rotasi
 gas dalam galaksi, ditemukan bahwa total massa terlihat (bintang dan 
gas) tidak sesuai dengan kecepatan berputar gas tersebut. Masalah 
perputaran galaksi ini dikira dapat dijelaskan dengan adanya sejumlah 
besar 
materi gelap yang tak terlihat.
[43][44]
Sejak tahun 1990-an, 
Teleskop Angkasa Hubble
 menghasilkan pengamatan yang lebih baik. Di antaranya, hasil pengamatan
 dengan Teleskop Hubble membuktikan bahwa materi gelap yang hilang dalam
 galaksi kita tidak mungkin pada dasarnya hanya terdiri dari 
bintang-bintang redup atau kecil.
[45] Hubble Deep Field,
 sebuah foto dengan eksposur yang sangat panjang wilayah langit yang 
relatif kosong, memberikan bukti bahwa terdapat kira-kira 125 miliar (
1,25×1011) galaksi di alam semesta.
[46] Peningkatan dalam teknologi pendeteksian 
spektrum-spektrum tak kasat mata (teleskop radio, kamera inframerah, dan 
teleskop sinar x)
 memungkinkan pendeteksian galaksi-galaksi lain yang tidak terdeteksi 
sebelumnya oleh teleskop Hubble. Secara khusus, survei galaksi dalam 
zona langka galaksi (wilayah langit yang terhalang oleh Bima Sakti) berhasil menunjukkan sejumlah galaksi baru.
[47]
Jenis dan bentuk
 
Jenis-jenis galaksi berdasarkan sistem klasifikasi Hubble. 
E merupakan tipe galaksi eliptis, 
S merupakan galaksi spiral, dan 
SB merupakan galaksi spiral berbatang.
[note 1] 
 
Galaksi dapat dikelompokkan dalam tiga jenis utama: eliptis, spiral 
dan tak beraturan. Gambaran yang lebih lengkap mengenai jenis galaksi 
berdasarkan bentuknya bisa didapatkan dalam 
sistem klasifikasi Hubble.
 Karena sistem klasifikasi Hubble hanya berdasarkan pada pengamatan 
visual, klasifikasi ini mungkin melewatkan beberapa karakteristik 
penting dari galaksi, seperti laju pembentukan bintang (di galaksi 
starburst) dan aktivitas inti galaksi (di galaksi aktif).
[7]
Eliptis
Sistem klasifikasi Hubble membedakan galaksi eliptis berdasarkan 
tingkat keelipsannya, dari E0 yang hampir berupa lingkaran, hingga E7 
yang sangat lonjong. Galaksi dalam kategori ini memiliki bentuk dasar 
elipsoid, sehingga tampak 
elips dari berbagai sudut pandang. Galaksi tipe ini tampak memiliki sedikit struktur dan sedikit 
materi antarbintang, sehingga galaksi demikian memiliki sedikit 
gugus terbuka dan laju pembentukan bintang yang lambat. Galaksi tipe ini didominasi oleh 
bintang tua
 yang beredar mengelilingi pusat gravitasi dengan arah yang acak. 
Bintang-bintang dalam galaksi ini memiliki sedikit unsur-unsur berat 
karena pembentukan bintang sudah berhenti setelah lonjakan awalnya. 
Dalam hal tersebut, galaksi tipe ini mirip dengan 
gugus bola.
[48]
Galaksi-galaksi terbesar di alam semesta berbentuk galaksi eliptis 
raksasa. Kebanyakan galaksi eliptis dipercayai terbentuk akibat 
interaksi antar galaksi yang menyebabkan tabrakan atau penggabungan.
[49] Galaksi starburst merupakan akibat dari tabrakan yang demikian dan dapat menyebabkan pembentukan galaksi eliptis.
Spiral
Galaksi spiral terdiri dari sebuah piringan bintang-bintang yang berotasi, materi antarbintang, serta sebuah 
tonjolan
 pusat yang terdiri dari bintang-bintang tua. Selain itu, terdapat 
lengan-lengan spiral terang yang menjulur dari tonjolan pusat. Dalam 
sistem klasifikasi Hubble, galaksi spiral digolongkan sebagai tipe 
S, diikuti sebuah huruf (
a, 
b, atau 
c) yang menunjukkan tingkat kerapatan dari lengan spiral dan ukuran dari tonjolan pusat. Galaksi 
Sa memiliki lengan spiral yang samar dan bergulung rapat, serta tonjolan pusat yang relatif besar. Sedangkan galaksi 
Sc memiliki lengan spiral yang jelas dan melebar serta tonjolan pusat yang relatif kecil.
[50] Galaksi spiral dengan lengan yang tidak jelas terkadang disebut galaksi spiral 
flocculent. Sedang galaksi dengan lengan yang jelas dan menonjol disebut galaksi spiral 
grand design.
Dalam galaksi spiral, lengannya membentuk pola seperti 
spiral logaritmis, pola yang secara teoritis terbentuk karena adanya gangguan terhadap massa bintang yang berputar seragam. Dalam 
teori gelombang kepadatan lengan spiral ini diperkirakan berisi materi berkepadatan tinggi.
[51]
 Saat bintang melewati salah satu lengan galaksi kecepatannya 
dipengaruhi oleh gaya gravitasi daerah yang kepadatan materinya lebih 
tinggi, dan kembali normal saat bintang sudah melewatinya. Efek ini 
mirip dengan "gelombang" pelambatan mobil di jalan raya yang penuh 
mobil. Lengan galaksi terlihat jelas karena kepadatan materi yang tinggi
 memungkinkan pembentukan bintang sehingga terdapat banyak bintang muda 
dan terang di sana.
[52]
 
NGC 1300, contoh galaksi spiral berbatang.
 
 
 
Sebagian besar galaksi spiral memiliki kumpulan bintang berbentuk 
batang lurus yang memanjang keluar dari sisi daerah inti dan kemudian 
bergabung dengan struktur lengan spiral.
[53] Dalam sistem klasifikasi Hubble, galaksi ini dikategorikan sebagai 
SB, dan diikuti huruf (
a, 
b atau 
c)
 yang mengindikasikan bentuk lengan spiralnya (serupa dengan 
penggolongan galaksi spiral biasa). Batang galaksi diperkirakan 
merupakan struktur sementara yang disebabkan oleh gelombang materi 
berkepadatan tinggi dari inti galaksi, atau karena interaksi 
pasang surut dengan galaksi lain.
[54] Banyak galaksi spiral berbatang yang berinti aktif, kemungkinan karena adanya gas yang menuju ke inti melalui lengan spiral.
[55]
Galaksi 
Bima Sakti merupakan galaksi spiral berbatang ukuran besar
[56] dengan diameter sekitar 30 kiloparsec dan ketebalan sekitar satu kiloparsec. Bima Sakti memiliki sekitar 200 miliar (2×10
11)
[57] bintang dengan massa total sekitar 600 miliar (6×10
11) kali massa Matahari.
[58]
Bentuk lain
Galaksi ganjil (
peculiar galaxy)
 merupakan galaksi yang memiliki sifat-sifat yang tidak biasa karena 
interaksi pasang surut dengan galaksi lain. Contohnya adalah 
galaksi cincin,
 yang memiliki struktur mirip cincin berisi bintang dan materi 
antarbintang yang mengelilingi inti kosong. Galaksi cincin diperkirakan 
terbentuk saat galaksi kecil melewati inti galaksi yang lebih besar.
[59]
 Kejadian tersebut mungkin pernah dialami galaksi Andromeda yang 
memiliki beberapa struktur mirip cincin jika diamati pada spektrum 
inframerah.
[60]
Galaksi lentikular
 merupakan bentuk pertengahan yang memiliki sifat baik dari galaksi 
eliptis maupun galaksi spiral, dan dikategorikan sebagai tipe 
S0 dan memiliki lengan spiral yang samar-samar serta halo berisi bintang yang berbentuk eliptis.
[61] (
Galaksi lentikular berbatang masuk dalam klasifikasi Hubble SB0).
Selain yang disebutkan dalam klasifikasi di atas, terdapat beberapa 
galaksi yang tidak dapat langsung digolongkan ke dalam bentuk eliptis 
atau spiral. Kelompok ini digolongkan sebagai galaksi iregular. Galaksi 
iregular tipe Irr-I memiliki semacam struktur, namun tidak jelas masuk 
dalam salah satu klasifikasi Hubble. Galaksi iregular tipe Irr-II tidak 
memiliki struktur apapun yang mirip klasifikasi Hubble, dan kemungkinan 
pernah terganggu oleh galaksi lain.
[62] Contoh terdekat galaksi (katai) iregular adalah 
Awan Magellan.
Katai
Meski galaksi eliptis dan spiral terlihat sangat menonjol, namun 
sepertinya sebagian besar galaksi di alam semesta merupakan galaksi 
katai. Galaksi katai tampak relatif kecil jika dibandingkan dengan 
galaksi lain, kira-kira hanya seperseratus dari ukuran Bima Sakti dan 
hanya berisi beberapa miliar bintang. Bahkan beberapa galaksi katai 
ultra-kompak baru-baru ini ditemukan yang hanya berukuran 100 parsec 
panjangnya.
[63]
Beberapa galaksi katai dapat mengitari sebuah galaksi tunggal yang 
lebih besar; Bima Sakti sendiri memiliki sedikitnya selusin satelit yang
 demikian, dengan perkiran 300–500 lagi belum ditemukan.
[64] Galaksi katai dapat juga diklasifikasikan lagi menjadi 
eliptis, 
spiral, atau 
tak beraturan.
 Karena galaksi katai eliptis kecil hanya memiliki sedikit kemiripan 
dengan galaksi eliptis besar, maka mereka lebih sering disebut 
galaksi sferoid katai.
Sebuah penelitian terhadap 27 galaksi tetangga Bima Sakti, menemukan 
bahwa setiap galaksi katai memiliki massa pusat kurang lebih 10 juta 
massa matahari
 terlepas dari apakah galaksi tersebut memiliki seribu atau sejuta 
bintang. Hal ini mendorong pada kesimpulan bahwa galaksi sebagian 
besarnya terdiri dari 
materi gelap, dan bahwa ukuran minimumnya mungkin menunjukkan keberadaan semacam 
materi gelap hangat, yang tak mampu melakukan peleburan gravitasi dalam skala kecil.
[65]
Dinamika dan aktivitas luar biasa
Interaksi
Jarak antar galaksi jika dibandingkan dengan ukurannya, tidaklah 
terlalu besar. Jarak rata-rata antar galaksi dalam sebuah gugus hanyalah
 beberapa puluh kali diameternya; bandingkan dengan jarak antar bintang 
dalam galaksi yang bisa mencapai ratusan ribu hingga jutaan kali 
ukurannya.
[66] Karena itu interaksi antar galaksi cukup sering terjadi dan memainkan peranan penting dalam 
evolusinya.
 Galaksi-galaksi yang berpapasan namun tidak benar-benar bersinggungan, 
akan menyebabkan terganggunya bentuk galaksi yang terlibat akibat 
tarik menarik gravitasinya, dan dapat menyebabkan pertukaran gas dan debu.
[67][68]
 
Galaksi Antena sedang mengalami tabrakan yang akhirnya akan menyebabkan penggabungan kedua galaksi.
 
 
 
Tabrakan terjadi jika dua galaksi saling menembus tubuh 
masing-masing, namun masih memiliki momentum relatif yang cukup untuk 
tidak menyebabkan keduanya menyatu. Bintang-bintang dalam kedua galaksi 
ini biasanya bergerak lolos tanpa bertabrakan. Namun gas dan debu dari 
kedua galaksi akan berinteraksi. Hal ini dapat memicu lonjakan 
pembentukan bintang-bintang baru ketika medium antarbintang terganggu 
dan terpampatkan. Tabrakan dapat mengubah secara radikal bentuk salah 
satu atau kedua galaksi, dan menciptakan struktur-struktur baru seperti 
batang, cincin atau ekor galaksi.
[67][68]
Interaksi antar galaksi yang paling ekstrem adalah penggabungan 
galaksi. Dalam kasus ini, momentum relatif kedua galaksi tidak cukup 
untuk kedua galaksi dapat saling menembus. Yang terjadi malah, kedua 
galaksi tersebut perlahan bergabung membentuk galaksi tunggal yang lebih
 besar. Penggabungan dapat menyebabkan perubahan luar biasa terhadap 
bentuk galaksi jika dibandingkan dengan bentuk kedua galaksi asal. 
Namun, jika salah satu galaksi jauh lebih besar dari yang lainnya, 
penggabungan demikian disebut 
kanibalisme.
 Dalam kasus ini, galaksi yang lebih besar akan tetap relatif tak 
terganggu akibat penggabungan tersebut, sementara galaksi yang lebih 
kecil tercabik-cabik. Galaksi Bima Sakti saat ini sedang dalam proses 
penganibalan 
Galaksi Eliptis Katai Sagitarius dan 
Galaksi Katai Canis Major.
[67][68]
Starburst
 
M82, contoh utama galaksi starburst, mengalami peningkatan 10 kali lipat
[69] dalam laju pembentukan bintang dibandingkan dengan galaksi yang "normal".
 
 
 
Bintang diciptakan dalam galaksi dari cadangan gas dingin yang berbentuk 
awan molekul
 raksasa. Galaksi-galaksi yang membentuk bintang dengan laju yang luar 
biasa dikenal sebagai galaksi starburst. Namun galaksi-galaksi yang 
demikian akan memakan habis cadangan gasnya dalam rentang waktu yang 
jauh lebih pendek dari umur galaksi itu sendiri. Karena itu, aktivitas 
pembentukan bintang biasanya hanya berlangsung selama sekitar 10 juta 
tahun; sebuah jangka waktu yang relatif pendek dalam sejarah hidup 
sebuah galaksi. Galaksi starburst lebih sering dijumpai dalam masa-masa 
awal alam semesta,
[70] dan saat ini masih menyumbang sebesar sekitar 15% dari total laju pembentukan bintang.
[71]
Galaksi starburst ditandai oleh adanya konsentrasi gas penuh debu dan
 kemunculan bintang-bintang yang baru dibentuk, termasuk bintang-bintang
 masif yang mengionisasi awan-awan molekul di sekitarnya dan membentuk 
wilayah-wilayah H II.
[72] Bintang-bintang masif ini menghasilkan ledakan 
supernova, yang mengakibatkan menyebarnya 
sisa-sisa supernova
 dan berinteraksi dengan kuat dengan gas-gas di sekitarnya. Hal ini 
memicu reaksi berantai pembentukan bintang yang menyebar ke seluruh 
wilayah galaksi yang berisi gas. Hanya ketika gas yang tersedia sudah 
hampir habis atau menyebar, maka aktivitas pembentukan bintang berhenti.
[70]
Galaksi starburst sering diasosiasikan dengan galaksi-galaksi yang 
sedang bergabung atau berinteraksi. Contoh dasar dari interaksi yang 
menghasilkan galaksi starburst adalah 
M82, yang tadinya berpapasan dengan galaksi 
M81 yang lebih besar. Galaksi tak beraturan sering kali memiliki titik-titik aktivitas pembentukan bintang yang tersebar.
[73]
Inti aktif
Sebagian dari galaksi yang dapat kita amati tergolong aktif. 
Maksudnya, di dalam galaksi tersebut terdapat sebuah sumber tunggal 
selain bintang, debu atau 
medium antarbintang yang memancarkan energi dalam jumlah yang signifikan dari keseluruhan energi keluarannya.
Model standar 
inti aktif galaksi terdiri atas sebuah 
lubang hitam supermasif pada wilayah inti galaksi, dan 
piringan akresi yang mengelilingi lubang hitam tersebut. Radiasi dari inti aktif galaksi diakibatkan oleh 
energi gravitasi materi yang terjatuh dari piringan akresi ke dalam lubang hitam.
[74]
 Kira-kira 10% inti aktif galaksi menghasilkan sepasang semburan 
berenergi tinggi dengan arah yang berlawanan, yang melontarkan 
partikel-partikel dengan kecepatan mendekati 
kecepatan cahaya. Mekanisme penghasilan semburan ini masih belum dimengerti dengan baik.
[75]
 
Sebuah semburan partikel-partikel sedang dipancarkan dari inti sebuah galaksi radio eliptis 
M87.
 
 
Galaksi-galaksi aktif yang memancarkan radiasi tinggi energi dalam bentuk sinar x diklasifikasikan sebagai 
Galaksi Seyfert atau 
kuasar, tergantung kecemerlangannya. Dapat juga berupa 
Blazar yang dipercaya merupakan galaksi aktif yang salah satu 
semburan relativistis-nya mengarah ke bumi. Ada juga 
galaksi radio
 yang memancarkan frekuensi radio dari semburan relativistis. Sebuah 
model terpadu dari jenis-jenis galaksi aktif ini menjelaskan bahwa 
perbedaan tiap jenis didasarkan pada sudut pandang pengamat.
[75]
Daerah garis-emisi inti rendah-ionisasi (LINER) kemungkinan ada hubungannya dengan inti aktif galaksi (dan juga 
daerah starburst). Emisi dari galaksi tipe LINER didominasi oleh unsur-unsur yang ter
ionisasi dengan lemah.
[76] Sekitar sepertiga dari galaksi yang ada di sekitar kita tergolong memiliki inti LINER.
[74][76][77]
Pembentukan dan evolusi
Studi tentang pembentukan dan evolusi galaksi berusaha untuk menjawab
 pertanyaan tentang bagaimana galaksi terbentuk dan jalur evolusi yang 
ditempuhnya sepanjang sejarah alam semesta. Beberapa teori di bidang ini
 telah dapat diterima secara luas, tetapi bidang ini masih merupakan 
bidang yang aktif berkembang dalam 
astrofisika.
Pembentukan
 
Gambaran seniman tentang sebuah galaksi muda sedang menarik bahan pembentuknya. Kredit 
ESO/L. Calçada
 
 
Model kosmologi yang ada saat ini mengenai alam semesta awal didasarkan pada teori 
Dentuman Besar. Sekitar 300.000 tahun setelah peristiwa Dentuman Besar, atom-atom 
hidrogen dan 
helium mulai terbentuk, dalam sebuah peristiwa yang disebut 
rekombinasi.
 Hampir semua hidrogen adalah netral (tidak terionisasi) dan dengan 
mudah menyerap cahaya, serta belum ada bintang yang terbentuk. Akibatnya
 periode ini disebut "
Zaman Kegelapan". Dari fluktuasi kepadatan (atau ketidakseragaman 
anisotropi) dalam materi purba inilah 
struktur-struktur yang lebih besar mulai muncul. Hasilnya, massa materi 
barionik mulai memadat dalam cincin cahaya 
materi gelap dingin.
[78][79] Struktur-struktur primordial inilah yang akhirnya menjadi galaksi yang kita lihat hari ini.
Bukti tentang kemunculan awal galaksi ditemukan pada tahun 2006, ketika diketahui bahwa galaksi 
IOK-1 memiliki 
geseran merah
 yang luar biasa tinggi sebesar 6,96, setara dengan jangka waktu hanya 
750 juta tahun setelah Dentuman Besar. Hal ini menjadikannya sebagai 
galaksi terjauh dan paling purba yang pernah dilihat.
[80] Meskipun beberapa ilmuwan mengklaim objek lainlah (misalnya 
galaksi Abell 1835 IR1916)
 yang memiliki geseran merah lebih tinggi (dan karena itu sudah ada pada
 tahap yang lebih awal dalam evolusi alam semesta), namun usia dan 
komposisi IOK-1 ditentukan dengan cara yang lebih dapat diandalkan. 
Adanya 
protogalaksi
 yang seawal itu kemunculannya menunjukkan bahwa protogalaksi tersebut 
pastilah berkembang dalam apa yang disebut "Zaman Kegelapan".
[78] Namun, pada bulan Desember 2012 para astronom melaporkan bahwa galaksi 
UDFj-39546284
 adalah galaksi terjauh yang diketahui dengan nilai geseran merah 11,9. 
Galaksi tersebut diperkirakan sudah ada sejak sekitar "380 juta tahun"
[81] setelah 
Dentuman Besar (setara dengan sekitar 13,8 miliar tahun yang lalu),
[82] dan berjarak kira-kira 13,42 miliar tahun cahaya.
Bagaimana proses rinci terbentuknya galaksi seawal itu berlangsung 
masih merupakan sebuah pertanyaan pokok yang belum terjawab dalam 
astronomi. Teori yang ada dapat dibagi dalam dua kategori: dari atas ke 
bawah (
top down) atau dari bawah ke atas (
bottom-up). Dalam teori 
top-down (seperti model Eggen-Lynden-Bell-Sandage [ELS]), protogalaksi terbentuk dalam sebuah 
runtuhan serentak berskala besar yang berlangsung selama kira-kira seratus juta tahun.
[83] Dalam teori 
bottom-up (seperti model Searle-Zinn [SZ]), struktur kecil seperti 
gugus bola terbentuk dahulu, lalu kemudian sejumlah struktur tersebut bergabung untuk membentuk galaksi yang lebih besar.
[84]
Begitu protogalaksi mulai terbentuk dan mengerut, 
bintang-bintang halo pertama pun (disebut bintang 
Populasi III)
 muncul di dalamnya. Bintang-bintang ini tersusun hampir seluruhnya oleh
 hidrogen dan helium dan kemungkinan berukuran masif. Jika memang benar 
demikian, maka bintang-bintang yang sangat besar ini akan menghabiskan 
pasokan bahan bakarnya dengan cepat dan menjadi 
supernova, melepaskan unsur-unsur berat ke 
medium antarbintang.
[85]
 Bintang-bintang generasi pertama ini mengionisasi ulang hidrogen netral
 sekitarnya, menciptakan gelembung ruang yang mengembang yang bisa 
dengan mudah dilalui cahaya.
[86]
Evolusi
Dalam masa satu miliar tahun pembentukan galaksi, struktur-struktur kunci mulai muncul: 
gugus-gugus bola, lubang hitam supermasif pusat, dan sebuah 
tonjolan galaksi yang terdiri dari 
bintang Populasi II
 yang miskin logam sudah terbentuk. Terciptanya sebuah lubang hitam 
supermasif tampaknya memainkan peranan penting dalam mengatur 
pertumbuhan galaksi secara aktif, dengan membatasi jumlah materi 
tambahan yang ditambahkan.
[87] Sepanjang epos awal ini, galaksi mengalami lonjakan besar pembentukan bintang.
[88]
Selama dua miliar tahun berikutnya, akumulasi materi mengendap menjadi 
piringan galaksi.
[89] Sepanjang hidupnya sebuah galaksi akan terus menyerap materi yang tertarik dari 
awan kecepatan tinggi dan 
galaksi katai.
[90]
 Materi tersebut kebanyakan adalah hidrogen dan helium. Siklus kelahiran
 dan kematian bintang perlahan-lahan meningkatkan kelimpahan unsur-unsur
 berat yang akhirnya memungkinkan 
pembentukan planet.
[91]
Evolusi galaksi dapat secara signifikan dipengaruhi oleh interaksi 
dan tabrakan. Penggabungan galaksi merupakan hal yang biasa terjadi 
selama epos awal, dan kebanyakan galaksi dalam masa ini memiliki bentuk 
yang aneh.
[92]
 Mengingat jarak antara bintang-bintang yang berjauhan, sebagian besar 
sistem bintang pada galaksi yang bertabrakan tidak akan terpengaruh. 
Namun, pelucutan gravitasional yang dialami gas dan debu antarbintang 
pada lengan spiral galaksi akan menghasilkan deretan panjang 
bintang-bintang yang dikenal sebagai ekor tidal. Contoh formasi ini 
dapat dilihat pada 
NGC 4676[93] atau 
Galaksi Antena.
[94]
Sebagai contoh untuk interaksi yang demikian adalah galaksi Bima 
Sakti dan galaksi Andromeda di dekatnya. Keduanya saling bergerak menuju
 satu sama lain dengan kecepatan kira-kira 130 km/s, dan tergantung pada
 pergerakan menyisinya, keduanya dapat bertabrakan dalam waktu sekitar 
lima sampai enam juta tahun. Meskipun Bima Sakti tidak pernah 
bertabrakan dengan galaksi sebesar Andromeda sebelumnya, bukti akan 
tabrakan Bima Sakti dengan galaksi katai yang lebih kecil di masa lalu 
semakin banyak.
[95]
Interaksi skala besar semacam itu jarang terjadi. Seiring dengan 
berjalannya waktu, penggabungan dari dua sistem yang berukuran sama 
menjadi semakin jarang terjadi. Kebanyakan galaksi terang secara 
fundamental tetap tidak berubah selama beberapa miliar tahun terakhir, 
dan laju bersih pembentukan bintang mungkin mencapai puncaknya juga pada
 kira-kira sepuluh miliar tahun yang lalu.
[96]
Kecenderungan pada masa depan
Saat ini kebanyakan pembentukan bintang terjadi pada galaksi yang lebih kecil, di mana gas dingin belum begitu terkuras.
[92] Galaksi spiral seperti Bima Sakti, hanya memproduksi bintang-bintang generasi baru selama mereka masih memiliki 
awan molekul padat, berisi hidrogen antarbintang, di lengan spiralnya.
[97] Galaksi-galaksi eliptis hampir tidak memiliki gas ini lagi, sehingga tidak membentuk bintang baru lagi.
[98]
 Persediaan bahan pembentuk bintang di alam semesta terbatas. Begitu 
bintang-bintang selesai mengubah persediaan yang ada dari hidrogen 
menjadi unsur yang lebih berat, pembentukan bintang baru akan berakhir.
[99]
Era pembentukan bintang yang sedang berlangsung saat ini diperkirakan
 akan terus berlanjut sampai 100 miliar tahun ke depan. Kemudian "zaman 
bintang" akan berangsur-angsur memudar setelah sekitar 10–100 triliun 
tahun (10
13–10
14 tahun), saat bintang terkecil dan terlama hidup, 
katai merah kecil, mulai meredup. Pada akhir zaman bintang, galaksi hanya akan terdiri dari 
objek-objek kompak: 
katai coklat, 
katai putih yang sedang mendingin atau yang sudah dingin ("
katai hitam"), 
bintang neutron, dan 
lubang hitam. Akhirnya, sebagai hasil dari 
relaksasi gravitasi,
 semua bintang akan terjatuh ke pusat lubang hitam supermasif atau dapat
 terlempar ke ruang antargalaksi sebagai akibat dari tabrakan.
[99][100]
Struktur skala besar
Survei terhadap langit jauh menunjukkan bahwa galaksi sering kali 
ditemukan relatif berdekatan dengan galaksi lain. Galaksi terasing yang 
selama satu miliar tahun terakhir tidak berinteraksi secara signifikan 
dengan galaksi lain yang bermassa sebanding, relatif langka. Hanya 
sekitar 5% dari galaksi yang disurvei ditemukan benar-benar terpencil. 
Namun, formasi terpencil ini mungkin pernah berinteraksi atau bahkan 
bergabung dengan galaksi lain di masa lalu, dan mungkin masih diedari 
oleh beberapa galaksi satelit yang lebih kecil. Galaksi terpencil
[note 2]
 bisa menghasilkan bintang dengan laju yang jauh di atas normal, karena 
gas dalam galaksi yang demikian tidak terlucuti oleh gravitasi galaksi 
lain.
[101]
[[Berkas:|230px|Simulasi Struktur Skala Besar kosmos. Gambar di atas membentang sekitar 400 juta tahun cahaya melintang.]]
Simulasi Struktur Skala Besar kosmos. Gambar di atas membentang sekitar 400 juta tahun cahaya melintang.
 
 
 
Dalam skala terbesar, alam semesta ini terus mengembang, mengakibatkan jarak antara tiap galaksi rata-rata bertambah (lihat 
hukum Hubble).
 Hubungan antar galaksi dapat menghambat pengembangan ini dalam skala 
lokal melalui tarikan gravitasi timbal balik mereka. Hubungan ini 
terbentuk di awal alam semesta, saat gumpalan materi gelap tiap galaksi 
menarik galaksinya masing-masing untuk saling mendekat. 
Kelompok-kelompok galaksi yang berdekatan kemudian bergabung untuk 
membentuk gugus-gugus berskala lebih besar. Proses penggabungan yang 
berlangsung (serta aliran gas yang tertarik) memanaskan gas antar 
galaksi dalam gugus galaksi ke suhu yang sangat tinggi, mencapai 30–100 
juta derajat celsius.
[102]
 Sekitar 70–80% massa sebuah gugus galaksi berada dalam bentuk materi 
gelap, sedang 10–30% terdiri dari gas panas ini dan beberapa persen 
sisanya dalam bentuk galaksi.
[103]
Kebanyakan galaksi di alam semesta terikat secara gravitasi ke 
sejumlah galaksi lain. Hal ini menciptakan sebuah hierarki yang 
berbentuk seperti 
fraktal
 dari struktur-struktur alam semesta, dengan gabungan terkecil dinamakan
 kelompok galaksi. Kelompok galaksi adalah jenis kumpulan galaksi yang 
paling umum, serta kelompok-kelompok tersebut mengandung sebagian besar 
galaksi (serta sebagian besar massa 
barionik) di Alam Semesta.
[104][105]
 Untuk tetap terikat secara gravitasi dalam kelompok yang seperti itu, 
masing-masing galaksi anggota harus memiliki kecepatan yang cukup rendah
 untuk mencegahnya terlepas (lihat 
teorema Virial). Namun, jika 
energi kinetik
 tidak mencukupi, sebuah kelompok galaksi dapat berubah menjadi kelompok
 dengan jumlah galaksi lebih sedikit dengan penggabungan galaksi.
[106]
Struktur yang lebih besar, berisi ribuan galaksi yang berkumpul dalam
 suatu daerah yang panjangnya beberapa megaparsec, disebut gugus 
galaksi. Gugus galaksi sering kali didominasi oleh sebuah galaksi 
eliptis berukuran raksasa, yang dapat dikenali sebagai 
galaksi paling terang dalam gugus tersebut. Galaksi ini dari waktu ke waktu dengan 
gaya pasang surut gravitasi akan menghancurkan galaksi-galaksi satelitnya dan menyerap mereka ke dalam dirinya sendiri.
[107]
Gugus raksasa (
supercluster) berisi puluhan ribu galaksi, yang dapat berupa gugus galaksi, kelompok galaksi atau kadang-kadang galaksi tersendiri. Dalam 
skala gugus raksasa, galaksi tersusun dalam lapisan-lapisan dan untaian-untaian yang mengelilingi sebuah kehampaan yang luas.
[108] Di atas skala ini, alam semesta tampak sama di semua arah (
isotropis dan homogen).
[109]
Galaksi Bimasakti sendiri merupakan anggota kelompok galaksi yang disebut 
Kelompok Lokal (
Local Group);
 sebuah kelompok galaksi yang relatif kecil dan memiliki diameter 
sekitar satu megaparsec. Galaksi Bima Sakti dan Andromeda adalah dua 
galaksi paling terang dalam kelompok ini; kebanyakan galaksi anggota 
lainnya merupakan galaksi katai satelit dari kedua galaksi.
[110] Kelompok Lokal sendiri merupakan bagian dari sebuah struktur seperti awan yang berada dalam 
gugus raksasa Virgo (
Virgo supercluster), sebuah struktur luas berukuran besar dari kelompok-kelompok dan gugus-gugus galaksi yang terpusat pada 
gugus Virgo.
[111]
Pengamatan dalam berbagai panjang gelombang
 
Gambar ultraungu Galaksi Andromeda ini menunjukkan wilayah berwarna biru yang memuat bintang-bintang masif muda.
 
 
Setelah diketahui bahwa terdapat galaksi-galaksi di luar Bima Sakti, 
pengamatan-pengamatan awal yang dilakukan kebanyakan menggunakan 
cahaya kasat mata.
 Radiasi puncak kebanyakan bintang memang berada dalam spektrum ini, 
sehingga pengetahuan yang berhubungan dengan pengamatan terhadap 
bintang-bintang pembentuk galaksi merupakan bagian penting dari bidang 
astronomi optik. Spektrum ini juga cocok digunakan untuk mengamati 
wilayah-wilayah H II yang terionisasi, dan untuk memeriksa distribusi lengan debu galaksi.
Debu yang ada dalam medium antarbintang sulit ditembus oleh cahaya kasat mata, namun lebih transparan terhadap cahaya 
inframerah-jauh.
 Sebab itu cahaya inframerah-jauh dapat digunakan untuk mengamati dengan
 rinci daerah dalam awan molekul raksasa dan daerah inti galaksi.
[112] Inframerah juga digunakan untuk mengamati galaksi jauh yang mengalami 
geseran merah,
 yang terbentuk pada masa awal alam semesta. Uap air dan karbon dioksida
 menyerap sebagian dari spektrum inframerah yang dapat dimanfaatkan, 
sehingga teleskop yang terletak di dataran tinggi atau di ruang angkasa 
digunakan untuk 
astronomi inframerah.
Penelitian pertama terhadap galaksi dalam spektrum cahaya tak kasat mata, khususnya galaksi aktif, dilakukan menggunakan 
frekuensi radio. Atmosfer bumi hampir transparan terhadap gelombang antara 5 
Mhz sampai 30 Ghz. (
Ionosfer menghalangi sinyal di bawah rentang ini).
[113] Interferometer radio berukuran besar digunakan untuk memetakan semburan-semburan aktif yang dipancarkan dari inti galaksi aktif. 
Teleskop radio dapat juga digunakan untuk mengamati atom-atom hidrogen netral di luar angkasa (lewat 
radiasi gelombang 21 cm), kemungkinan termasuk materi tak terionisasi di alam semesta awal, yang kemudian runtuh membentuk galaksi.
[114]
Sinar ultraungu dan 
teleskop sinar x
 dapat digunakan untuk mengamati fenomena tinggi energi galaksi. Sebuah 
suar ultraungu teramati ketika sebuah bintang di galaksi yang jauh 
tercabik-cabik akibat gaya pasang surut gravitasi sebuah lubang hitam.
[115]
 Distribusi gas panas dalam gugus galaksi dapat dipetakan dengan 
menggunakan sinar x. Keberadaan lubang hitam supermasif pada inti 
galaksi juga dibuktikan dengan astronomi sinar x.
[116]
Galaksi dalam fiksi ilmiah
Pada 
abad ke-20, seiring dengan perkembangan ilmu astronomi dan pengetahuan bahwa alam semesta sebenarnya berisi jutaan galaksi,
[117] bidang 
fiksi ilmiah
 juga mengalami semacam perkembangan paralel. Penemuan-penemuan baru 
merangsang khayalan para penulis dan sutradara, yang kemudian 
menciptakan galaksi-galaksi fiktif tempat berlangsungnya berbagai cerita
 kepahlawanan, perang galaksi dan peradaban makhluk asing.
[118]
Galaksi fiktif yang paling terkenal adalah 
galaksi Star Wars. Galaksi Star Wars kira-kira berbentuk spiral, atau paling tidak berbentuk antara spiral dan eliptis;
[119] diisi oleh banyak peradaban dengan bahasanya masing-masing dan juga suatu 
bahasa pemersatu, 
Basic Galactic.
 Beberapa daerah dalam galaksi ini belum tereksplorasi, baik karena 
sulit dijangkau atau karena anomali magnetis yang kuat, sementara lengan
 luar galaksi dan daerah berjarak menengah dari inti galaksi sudah 
dikenal dengan baik dan berpenduduk.
[119]
Dalam film 
Stargate,
 sebuah galaksi yang terletak di daerah terpencil alam semesta, bernama 
Galaksi Kalium, memiliki sebuah planet yang dapat dicapai melalui sebuah
 alat spesial berbentuk seperti cincin raksasa, bernama 
Stargate (gerbang bintang). Di planet ini terdapat sebuah peradaban manusia yang mirip dengan 
Mesir kuno, dan memuja dewa yang merupakan seorang makhluk asing bernama 
Ra.
[120]
Dalam serial televisi 
Stargate setelah itu, ditemukan beberapa sistem koordinat lainnya untuk 
Stargate, yang menuju ke dunia-dunia lain berjarak jauh.
[121] Dalam serial 
Stargate Atlantis,
 terdapat koordinat spesial kedelapan (bukannya tujuh seperti dalam 
serial sebelumnya) yang memungkinkan penggunanya mencapai sebuah galaksi
 jauh yang terletak di rasi bintang 
Pegasus. Di situ terdapat kota hilang 
Atlantis, sebuah kota besar berteknologi ultra tinggi yang ditinggalkan sebuah peradaban kuno yang disebut "
The Ancients".
[121][122]
 Terdapat perbedaan dalam cerita latar belakang antara film dan serial 
televisinya. Dalam serial televisinya, Planet Ra "berada" dalam galaksi 
kita, dan untuk mendapat akses ke galaksi luar, kepada penonton 
dinyatakan bahwa stargate memiliki delapan simbol, bukannya tujuh.
[123]
Dalam permainan video 
Spore,
 menu utamanya berupa sebuah galaksi spiral dengan lima lengan, dan 
permainan yang tersimpan diindikasikan dengan lingkaran, yang mana bila 
lingkarannya berwarna kuning berarti tidak terdapat permainan yang 
tersimpan dan biru berisi permainan yang tersimpan. Lingkaran tersebut 
juga menunjukkan posisi bintang di dalam galaksi tersebut di mana 
terdapat planet awal yang bisa dipilih pemain.
Galeri foto
Lihat juga
Catatan
- ^ Galaksi pada sisi kiri skema klasifikasi Hubble sering disebut sebagai tipe awal, sedangkan pada sisi kanan sebagai tipe akhir.
- ^ Istilah "galaksi medan" (field galaxy)
 terkadang digunakan untuk merujuk pada galaksi terpencil, meskipun 
istilah tersebut juga digunakan untuk menggambarkan galaksi yang tidak 
termasuk dalam gugus galaksi tapi merupakan anggota dari sebuah kelompok
 galaksi.